Posyandu Durian, "Keswadayaan Masyarakat Jadi Penggerak Utama"
Posyandu Durian RW 07 Kel. Bancarkembar, Kec. Purwokerto Utara, Kab. Banyumas
"Keswadayaan Masyarakat Jadi Penggerak Utama"
Oleh : Anies Indah Hariyanti
Ketua PKK RT 05 RW 07 Kel Bancarkembar
Diajukan dalam Lomba Jurnalistik PKK 2017 Provinsi Jawa Tengah
POSYANDU Durian di RW 07 Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas terbilang eksis mengarungi tiga dasawarsa. Keswadayaan dan semangat tak lelah mengabdi menjadi kunci utama. Kini, posyandu tingkat Purnama ini sudah terintegrasi dengan Program Kampung KB serta memiliki program unggulan yakni mengelola Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan rencana gerakan peduli sampah. Bagaimana kisahnya?
Halaman
rumah Bapak Nurhamid di RT 1 RW 7 Kelurahan Bancarkembar terlihat ramai.
Menjelang pukul 09.00, sejumlah orangtua terlihat berdatangan dengan membawa
anak balita. Hari itu, dua meja pelayanan dan kursi plastik sekitar 20 buah
diatur rapi di garasi rumah. Kemudian, di dekat pintu masuk dipasang timbangan
berbentuk bebek dari kayu. Warna dan bentuk timbangan ini cukup menarik bagi
anak-anak. Ya, tiap tanggal 21 Posyandu Durian menggelar penimbangan berat
badan yang dilanjutkan pemberian makanan tambahan (PMT) dan penyuluhan
kesehatan. Tercatat ada sebanyak 110
balita dari tujuh rukun tangga (RT) yang mendapat pelayanan posyandu dalam
program Bina Keluarga Balita (BKB).
Selain melibatkan kader posyandu,
kegiatan penimbangan bayi dan PMT juga melibatkan pengurus PKK RT. Keterlibatan
pengurus PKK RT dimaksudkan untuk mensosialisasikan rencana kegiatan, mengajak orangtua
mendatangi posyandu, dan mengelola iuran guna pengadaan kudapan PMT. Tiap RT
diberi jatah Rp 35.000,00 untuk diwujudkan menjadi kudapan PMT yang dibagikan
kepada balita di posyandu.
Kegiatan PMT tiap bulan ini
dilaksanakan usai balita ditimbang. Usai ditimbang dan dicatat oleh kader di
buku monitoring bulanan, balita dan orangtuanya tak langsung pulang. Mereka
dikumpulkan dan kemudian petugas membagikan
bungkusan makanan yang kadang berisi susu, puding, biskuit, bubur kacang hijau maupun
jajanan sehat lainnya. Setelah pemberian makanan tambahan (PMT) kemudian diisi
ceramah atau penyuluhan kesehatan dengan narasumber dari Puskesmas Purwokerto
Utara maupun kader posyandu. Kadang juga ada agenda lain, misalnya imunisasi
atau pemberian obat cacing. Banyaknya kegiatan dan orang yang datang
membuat suasana di posyandu menjadi ramai. Kadang terdengar suara balita
menangis juga sering terdemgar celonteh anak-anak. Bagi orangtua yang tidak
mendapat kursi, disediakan tikar untuk lesehan di teras rumah. Suasana terlihat
gayeng dan ramai.
“Tiap bulan cucu saya datang ke
posyandu untuk menimbang badan, alhamdulillah jadi terpantau tumbuh
kembangnya,” kata Imah (55), warga RT 5 RW 7 Bancarkembar. Ia mengaku merasakan
manfaat kegiatan posyandu. Perlu diketahui, ciri balita sehat di antaranya adalah
berat tubuh yang bertambah tiap bulannya, lewat kegiatan penimbangan di
posyandu hal ini bisa diketahui.
“Dulu saya datang ke posyandu
untuk menimbang anak, sekarang cucu yang saya antar kesini,” katanya
menambahkan anaknya lahir tahun 1986.
Apa yang dikatakan Imah
dibenarkan oleh kader Posyandu Durian, Sri Wahjuningsih (50). Menurutnya,
kegiatan posyandu di RW 07 sudah berlangsung lama dan terus menerus diadakan
hingga saat ini. Ibu berputra dua ini memperkirakan, kegiatan posyandu di
Grumbul Pakembaran ini sudah dilakukan sejak kurun 1980an.
“Kuncinya ada pada kader yang
tiada lelah mengabdi dan adanya dukungan masyarakat. Kami memiliki kader yang
loyal,” kata Ibu Ning, panggilan akrabnya menjelaskan kunci berlangsungnya
posyandu tersebut. Beberapa kader itu antara lain Ibu Puji (RT 4 RW 7), Ibu
Jiono (RT 2 RW 7) dan kader lainnya.
Ia menambahkan, kegiatan posyandu
bisa berjalan juga didukung oleh masyarakat. Menurutnya, Ketua BKB ini
mengapresasi warga yang mau iuran untuk makanan yang dibagikan saat PMT. Ini
jauh berbeda bila kita membandingkan dengan sumber pendanaan kegiatan posyandu
di desa-desa yang bisa dianggarkan dari pos Dana Desa (DD). Sumber dana PKK di
desa-desa biasanya besar karena diambilkan dari dana APBN, sementara dana kas
PKK Kelurahan kecil dan lebih banyak berasal dari swadaya masyarakat maupun
sumbangan.
“Kami sangat terbantu adanya
keswadayaan masyarakat. Sangat berterima kasih kepada ortu anggota posyandu yang
mau iuran Rp 2.000 untuk pengadaan PMT,” ujar penggiat Himpaudi Kabupaten
Banyumas ini.
Kampung
KB
Selain penimbangan balita yang
masuk program BKB, Posyandu Durian juga mengelola kegiatan Bina Keluarga Remaja
(BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Ketiga program tribina ini merupakan
implementasi dari Kegiatan Kampung Keluarga Berencana (KB) yang setahun lalu
di-luanching bersama Badan Pendudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kepesertaan RW 07 Bancarkembar dalam
program Kampung KB di antaranya dikarenakan pertimbangan efektifitas dan
operasional posyandu sudah sudah berjalan dan efektif.
“Kami bukan sekadar posyandu yang
menimbang balita semata, namun terintegrasi dengan Kampung KB. Untuk kegiatan
BKR kami memberikan penyuluhan kepada orang tua dan remaja serta keberadaan
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIKR). Sedangkan untuk para lansia kami
menggelar posyandu lansia tiap bulan,” lanjut Ning yang juga didaulat menjadi
Ibu RW 07. Ia menambahkan untuk kegiatan posyandu lansia diadakan sebulan
sekali tiap tanggal 13, sedangkan untuk kegiatan PIKR diagendakan pertemuan
tiap tanggal 16 sebulan sekali.
Untuk kegiatan posyandu lansia,
pelaksanaannya hampir sama dengan posyandu balita. Bedanya saat gelaran
posyandu lansia belum diadakan PMT. Sedangkan kesamaan dengan penyelenggaraan
posyandu balita antara lain, peserta posyandu lansia belum mendapat PMT dan
sama-sama diadakan pemeriksaan kesehatan. Pada Rabu (21/4) kemarin digelar
posyandu lansia dan dilanjutkan penyuluhan mengantisipasi penularan penyakit
TBC yang diikuti sekitar 50an orang.
Program
Unggulan
Loyalitas kader dan perjalanan
waktu membuktikan eksistensi Posyandu Durian. Pada tahun 2008, pengelola
posyandu dengan didukung Pemerintah Kelurahan Bancarkembar membuka pos
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan nama PAUD Durian Mas. Lokasi PAUD yang
berada di tepi jalan raya dan tidak jauh dari permukiman warga menjadikan
keberadaan PAUD terbilang strategis. Banyak orangtua di lingkungan RW 07
Bancarkembar yang memasukan anaknya untuk diasuh tutor PAUD yang juga menjadi
kader posyandu.
“Keberadaan PAUD Durian Mas dan
program tribina dalam Kampung KB menjadi unggulan posyandu Durian,” kata Ketua
Tim Penggerak PKK Kelurahan Bancarkembar, Pujiati Ikhwan.
Masalah
dan Solusi
Meski demikian, diakui oleh Sri
Wahjuningsih, penataan posyandu ke depan perlu dilakukan. Dalam catatannya ada
dua hal yang harus dibenahi. Pertama, peningkatan kapasitas kader posyandu agar
mampu mengelola posyandu lebih baik dan memahami sistem administrasi posyandu.
Kedua, partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan caranya dengan melakukan
sosialisasi ke warga serta menggandeng pengurus RT/RW.
“Suka duka mengelola posyandu
tentu banyak. Sukanya, bagi kami para kader menganggap bahwa ini adalah kerja
pengabdian masyarakat yang dikerjakan dengan hati lapang dan semangat. Adapun
dukanya, kadang masih ada masyarakat yang kurang peduli atau menyepelekan
kegiatan posyandu,” ujarnya.
Menurutnya, kesuksesan posyandu
tak hanya menjadi tanggungjawab para kader, namun juga menuntut kepedulian
pihak lain, seperti puskesmas, kecamatan, kelurahan, pengurus RT/RW, juga
masyarakat sendiri. Ke depan, ia berencana melakukan pelibatan masyarakat dalam
kegiatan posyandu melalui gerakan pemilahan sampah organik dan anorganik.
“Ada rencananya Posyandu akan
membuat bank sampah. Nantinya ketika warga datang ke posyandu juga membawa
sampah yang memiliki nilai ekonomi untuk dijual kembali. Setelah terkumpul bisa
dijual, uangnya bisa menambah kas posyandu,” ujarnya. (*)
Komentar
Posting Komentar