BALADA 'IKAN ASIN', JANGAN SEMBARANG BIKIN KONTEN

Ikan asin merupakan sejenis ikan laut. Ikan ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Cukup digoreng, ikan asin bisa menjadi lauk pendamping sambal dan sayur asem, hmm nyiamik dan lezat…
Ikan asin tidaklah mahal dan seistimewa jika disandingkan dengan ikan salmon, cumi, udang, maupun lobster. Namun ikan asin menjadi booming dan viral akhir-akhir ini. Ikan asin menjadi tranding topic lantaran muncul dalam sebuah konten video youtube artis milik Rey Utami dan Pablo Benua dengan kanal “mulut sampah”.
Dalam tayangan video tersebut, Rey Utami bertanya kepada Galih Ginanjar bagaimana pengalaman hidup berumahtangga dengan sang mantan istri, yaitu Fairuz A Rafiq. Galih menceritakan perihal pengalaman “ranjang” dengan mantan istrinya. Dari cuplikan video tersebut dapat saya simpulkan apabila Galih tidak begitu menikmati hubungan suami istri dengan sang mantan istri. Hingga mengibaratkan ketika ingin berhubungan dengannya, seperti membuka tudung saji, ketika dibuka hanyalah ikan asin yang menurutnya tidak membangkitkan selera.

Kini video tersebut telah tersebar luas di dunia maya, dan sontak menjadi hujatan dan komentar negatif dari netizen. Karena seakan mengumbar keburukan dan aib mantan istrinya.
Menurut pandangan saya, terlepas hal yang diutarakan Galih merupakan kebenaran maupun tidak, tidaklah etis jika keburukan atau “aib” seseorang diumbar dalam ranah publik. Apalagi hal tersebut merupakan aib dari mantan istrinya sendiri. Seorang wanita yang telah memberikan dia keturunan.
Betapa saya membayangkan, ketika saya pada posisi Fairuz, pasti saya akan merasa sedih, malu, bahkan marah. Apalagi hal yang diungkapkan terkait dengan hal yang sangat privat dan intim, yang seharusnya tertutup dan dirahasiakan.
Dalam artikel ini, saya tidak hanya membicarakan mengenai ikan asin yang menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Namun yang saya ingin soroti adalah konten dalam video yang diunggah oleh akun youtuber.
Pada umumnya konten video youtube beranekaragam, mulai dari aktivitas sehari-hari, siaran makan atau mukbang, kuliner, traveling, cover lagu, olahraga, fakta unik, prank, reaction, tutorial, politik, hingga entertainment/ hiburan dan gosip.
Sekarang banyak sekali youtuber-youtuber yang bermunculan dengan jumlah viewer dan subscriber yang cukup banyak bahkan jutaan. Sebut saja youtuber Indonesia seperti Ria Ricis dan Atta Halilintar yang meraup jumlah subscriber hingga puluhan juta.
Kesuksesan para youtuber dalam meraih jumlah subscriber, tidak terlepas dari ide konten video itu sendiri, dan keahlian mereka mengemas video tersebut hingga menjadi menarik. Kesuksesan tersebut yang kemudian menjadi motivasi bagi kalangan artis maupun bukan untuk membuat akun youtube sendiri.

Tidak dipungkiri semakin banyak jumlah subscriber dan viewer, semakin menambah penghasilan dan pundi-pundi uang bagi sang pemilik akun. Dilansir dari ruanglaptop.com pendapatan Atta Halililntar, data Juni 2019 dengan Jumlah subciber sebanyak 16.887.146 mampu meraup pendapatan hingga 457 juta/ bulan. Kemudian Youtuber Ria Ricis dengan akun Ricis Official dengan jumlah subscriber sebanyak 15.114.551 mampu mendapat penghasilan sebesar 380 juta/ bulan. Nominal yang cukup fantastis. Dengan besarnya penghasilan yang diperoleh dari youtuber, mengasah ide bagi youtuber untuk terus mempertahankan dan meningkatkan jumlah subscriber.
Dan kaitannya dengan ikan asin tadi, pendapat saya, konten tersebut seperti sengaja dibuat oleh Rey Utami dan Pablo untuk menarik viewer, dan meningkatkan jumlah subscriber mereka. Konten “mulut sampah” menurut saya kurang mendidik, tidak memberikan hal positif bagi para viewer, umbar aib dan mengandung unsur seksualitas.

Berdasar balada ikan asin ini, alangkah bijaknya apabila youtuber-youtuber membuat konten youtube yang lebih positif. Tidak hanya berniat untuk mendapat penghasilan yang besar, namun memiliki niat yang baik dan memberikan pengaruh positif. Konten yang dapat memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan, dan motivasi. Konten youtube yang dapat merubah hidup menjadi lebih baik, membangun ide yang cemerlang serta dapat mendekatkan diri kepada Tuhannya. Karena sesungguhnya setiap hal yang dilakukan di dunia, akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. *)

Annisa Hanan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah dan Perkembangan Audit Internal

Sampling

Penelahaan dan Tanggapan Laporan Audit