Sampling

Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada sample yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil kesimpulan mengenai total populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa kualitas yang dimiliki sample yang representative bisa diperhitungkan ke populasi.
Sampling pada hakikatnya adalah proses mempelajari keseluruhan dengan menelaah hanya sedikit. Pada saat yang sama, dengan sampling auditor harus menerima risiko bahwa sample yang dipilih tidak benar-benar mencerminkan populasi yakni, bahwa karakteristik yang diproyeksikan dari sample tidak samandengan yang akan ditemukan jika keseluruhan populasi atau sampel dalam jumlah yang lebih besar – diaudit.
Sampling bukanlah akhir tujuan itu sendiri, justru merupakans arana untuk mencapai tujuan. Sampel dan hasil sampel hanyalah data mentah – data yang harus dibri bobot dan dipelajari. Data tersebut harus dianalisis materialitanya, alasan, penyebab dan dampak actual atau potensial.Sampel yang diambil merupakan langkah pertama untuk memberikan opini audit.Dengan meningkatnya penggunaan teknologi informasi, auditor harus memutuskan apakah sampling merupakan cara yang paling efisiensi dan efektif untuk mendapatkan bukti. Dengan pendekatan bank data dan pencarian informasi, mungkin lebih efisien melakukan pengujian berbantuan computer pada keseluruhan populasi. Dengan adanya peranti lunak (soft ware) yang bisa digunakan di keseluruhan perusahaan dan peranti lunak terintegrasi lainnya, seorang auditor bisa memutuskan untuk tidak mengambil sampel dari populasi melainkan mengaudit 100 persen populasi.
Peranti lunak audit umum dan teknik-teknik lainnya bisa mmeungkinkan auditor lebih efisien mengaudit 100 persen populasi dibandingkan memilih sampel dan mengaudit sampel tersebut. hal ini khususnya bisa terjadi bila suatu entitas tidak lagi menggunakan dokumen-dokumen manual.

      A. Pemilihan Sampel
Saat auditor memilih sampel, maka bisa mengambil paling tidak dua jalur, jalur pertama mengarah ke sampel searah (directed sampel) yang kedua merupakan sampel acak (Randown sampling)
Sampel searah bertujuan digunakan bila auditor mencurigai adanya kesalahan serius  atau manupulasi ingin mendapat dan bukti unduk mendukung kecurigaan mereka atau menemukan sebanyak mungkin hal yang mencurigakan.
Sampel acak berupaya mencerminkan populasi tempat diambilnya, sedekat mungkin.Bila auditor mengambil sampel acak, mereka mencoba mengambil gambar, berupa miniature dari catatan atau data dalam jumlah sangat besar yang membentuk populasi tempat sampel dipilih.Makin besar sampel makin dekat sample mencerminkan populasi.Dalam bahasa audit, sampel tersebut kemudian dinamakan “representative” atau “mewakili”.
Sampling statistic memungkinkan auditor internal mengatur resiko pengambilan sampel yaitu resiko bahwa suatu sampel tidak mencerminkan populasi.Untuk mengukur risiko tersebut secara statistic maka pemilihan sampelharuslah acak. Pemilihan acak berarti bahwa setiap unit dalam populasi memiliki peluang  yang sama untuk dipilih.
Sampling nonstatistik tidak memungkinkan auditor untuk mengukur resiko pengambilan sampel secara objektif, karena setiap unit populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Namun nonstatistik bisa bernilai untuk rancangan sampling berarah (bertujuan) atau bentuk lain dari sampling menggunkan pertimbangan.

      B. Penarikan Sample
Ada beberapa penambilan sampel yang presentatif.Berikut ini tiga prinsip dasar pemilihan yang berlaku dalan setiap prosedur sampling.
1.   Kenali populasi anda karna kesimpulan audit bisa didasarkan semata-mata dari sample yang dimbil dari populasi tersebut.
2.      Definikan unit sampling sesuai tujuan-tujanaudit.
3.   Biarkan setiap unit sample dalam populasi memilki peluang yang sama (atau peluang tertent) untuk terpilih.
Kumpulan data, catatan atau dokumen yang diambil sampelnya disebut populasi, semesta dan bidang. Semua istilah tersebut memilki arti yang sama. Istilah-istilah tersebut juga mengimplikasikan sesuatu yang paling penting bagi sampling yang baik.Jika tiga prinsip tersebut dialnggar maka pengujian tersebut dipertanyakan dasar-dasar teknisnya dan kesimpulan dibuat tanpa dukungan yang objektif.
Prinsip-prinsip yang mendasari sampling secara ilmiah hanya berlaku jika sampling dipilih secara acak.Ada tiga metode yang digunakan untuk melakukan pemilihan secara acak yaitu (1) sampling nomor acak, (2) sampling interval atau sampling sistematis dan (3) sampling acak terstatifikasi. Sebagai tambahan, tiga teknik sampling yang tidak acak juga dibahas: sampling kelompok, sampling sembarang, dan sampling menggunakan pertimbangan.
1.      Sampling Nomor Acak
Sampling Nomor Acak (Random number sampling) umunya dianggap paling tepat menghasilkan sampel yang representative. Sampling dengan cara ini menggunakan alogaritma computer atau tabel setiap angka yang secara ilmiah telah “diacak” agoritma atau tabel tersebut memberikan keyakinan penuh bahwa unit dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih.
Secara umum, tabel ini mudah digunakan jika beberapa peraturan berikut ini diikuti:
-      Buka table, tempatkan pensil diatasnya tanpa melihat. Mulai pilih angka dari digit terdekat dengan titik yang ditunjukan oleh pensil.
-       Gunakan sebanyak mungkin digit sesuai nomor refrensi dari dokumen yang diilih.
-      Setelah titik awal dipilih, lanjutkan dengan urutan yang sudah ditentukan sebelumnya. Kolom bawah atau baris kesamping-tanpa menyimpang, karena penyimpan mengimplikassikan bias personal.
-      Jika nomor berlaku tidak muncul, lanjutkan ke nomor berikutnya.
Nomor yang dipilih kemudian bisa disusun sesuai nomor urut untuk memudahkan pencocokannya dengan dokumen anggaplah dokumen itu sendiri disimpan beurutan. Jika nomor sampling  acak bisa kadang-kadang sulit digunakan. Namun pemilihan aakan lebih mudah jika daftar populasi dicetak. Kemudian,table nomor acak bisa digunakan untuk memilih satu halaman dan satu bais. Contoh : anggaplah cetakan terdiri atas 250 halaman dengan 52 baris dalam satu halaman . auditor mungkin ingin menggunakan tiga digit pertama kolom digit acak untuk menentukan halaman dan dua digit terakhir untuk menentukan baris. Peranti lunak acak juga bisa digunkaan..skan perangkat lunak ini memberikan pilihan bagi pembaca untuk menempatkan sampel terpilih berurutan sesuai nomor. Seorang auditor juga bisa menngunakkan fungsi nomor acak yang tersedia pada spread sheet(lembar kerja).

2.      Sampling Interval
Disebut juga sampling sistematis .sampling interval berarti memilih sample pada interval. Untuk menggunakannnya harus mengingat prinsip-prinsip dasar yaitu (1) karena opini audit bisa hanya didasarkan dari polulasi yang diambil sampelnya, jangan sampai sampel nya tidak lengkap.(2) Karena setiap unit harus memiliki peluang sama untuk terpilih maka unit pertama dalam proses pemilihan harus diambil secara acak. (3) Karena pola dalam poppulasi seharusnya tidak mempengaruhi pemilihan, maka auditor haruss melakukan dua atau lebih penarikann dari populasi masing-masing dimulai secara acak.
Contoh konsep interval : auditor ingin menarik sampel sebanyak 40 dari populsi 2000 dokumen yang tidak bernomor. Interval sampelnya menjadi 50, lalu pemilihan dimulai dai angka acak 15, yang kurang dari 50 dan unit sampel akan menjadi unit kelima belas, unit ke 65, ke 115 ke 165 dan seterusnya –setiap unit ke 15 sampai 40 unit terpilih semua.

3.      Sampling Acak Terstratifikasi
Sampling terstratifikasi (Stratified sampling) menyusun populasi sehingga memberikan efisiensi sampling yang lebih besar. Jika digunakan dengan tepat, sampling terstatifikasi akan menghasilkan varian yang lebih kecil dalam sampel tersebut dibandingkan sampling acak sederhana.
Dalam sampling stratifikasi kita memisahkan populasi kedalam dua atau lebih tingkatan dan kemudian mengambil sampel dari masing-masing tingkatan.Auditor telah sering menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi.Biasanya, mereka menyisihkan unit dalam populasi yang palingbesar atau paling mahal atau peling signifikan untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih sampel dari sisanya.

4.      Sampling Kelompok
Sampling kelompok (duster sampling) juga disebut sampling terkotak-kotak (Block sampling), mengakui ketidak sempurnaan dalam hidup. Kadangkala dokumen atau catatan yanga akan disampel terlalu menyebar atau terpencar sehingga memakan waktu dan baiaya untuk menggunakan sampling nomor acak sederhana. Dalam kasus ini auditor bisa menggunakan teknik sampling kelompok meskipun kurang efisien dibandingkan sampling nomor acak atau interval dalam situasi audit yang biasa.
Teknik kelompok dilakukan dengan memilih acak unit-unit dalam kelompok, lalu kelompok itu sendiri diperiksa secara keseluruhan atau diambil sampel.bila diambil sample lagi disebut sampling bertahap (Multistage Sampling) selama pemiliha  dalam tiap tahap dilakukan secara acak pertama kelompoknya lalu, jika perlu, unit-unit dalam kelompok tidak ada aturan yang dilanggar; setipa unit telah diberikan kesempatan yang samauntuk terpilih.
Kelompok bisa terjadi secara ilmiah yaitu, semua dokumen dalam laci, lemari kerja atau dalam kumpulan catatan. Kelompok bisa juga bersifat artifisia;sampling kelompok bisa digunakan untuk memilih :
-        Tempat sampel peralatan dan kemudian sampel peraltan dalam setiap tempat
-        Sampel gudang dan sampel catatan persediaan dalam setiap gudang
-   Sampel laci dokumen dan semua atau beberap dokumen yang disimpan dalam laci-laci tersebut.
-       Sampel bulan, minggu, atau hari dan sampel dokumen yang diproses selama periode sampel tersebut.
      
5.      Sampling sembarang
Sampling sembarang [haphazard sampling] merupakan pemilihan sampel tampa memerhatikan  bias atau kerakteristik unit sampel. Misalnya dalam sampling atas faktur-faktur, auditor akanmengambil akan mengambil dokumen apapun yang tersedia akan mengabaikan informasi seperti nomer faktur, pelanggan, lokasi penjualan, nilai penjuala, jumlah unit yang terjual, dan lain-lain. Sampling sembarang merupakan pendekatan yang mudah, bukan yang beralasan.

6.      Sampling menggunakan pertimbangan
Sampling menggunakan pertimbangan [judgment sampling] merupakan pemilihan unit sampel berdasarkan alasan pribadi atau kecurigaan auditor. Misalnya,seorang auditor bisa saja memeriksa faktur-faktur yang diperiksa oleh staf bagian utang usaha yang baru bekerja.atau auditor mungkin berkonsentrasi pada faktur-faktur barang atau jasa yang dikirim langsung ke departemen pengguna tanpa melalui proses pemeriksaan yang normal.

      C. Sampling Statistik Dan Sampling Nonstatistik
Auditor internal yang memilih menggunakan penggunaan sampel audit bisa memilih sampling statstik, sampling noono statistik, atau gabugnan keduanya. Proses pemiihan pada intinya merupakan hasil dari pertimbangan biaya manfaatdan tidak mempengaruhi prosedur audit yang dilakukan.
Dibutuhkkan dua kriteria untuk menggolongkan pendekatan sampling sebagaipendekatan bersifat statistik : (1) unit-unit sampling harus dipilih secara acak; (2) Unit-unit tersebut harus dievaluasi secara kuantitatif melalui penerapan teori probabiitas. Bila kedua kriteria ini tidak terpenuhi maka pendekatan tersebut diolongkan sebagai nonstatistik  (yang secara tradisional disebut sampling menggunakan pertimbangan). Dengan smpling nonstatistik, suditor internal menentukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil-hasilnya berdasarkan pengalaman audt yang bersifat subjektif.
Beberapa kelebihan dan kekurangan baik sampling statistik maunoun nonstatistik adalah
1.        Sampling statistik
Kelebihan
-   Memberi kesempatan unutk memilih ukuran sampel minimum yang diperlukan untuk memenuhi tujuan-tujuan pengujian audit
-        Memberikan pernyataan kuantitatif atas hasil-hasil sampel
-        Memberikan ukuran kuantitatif  atas resiko sampling
-        Memberikan ukuran kecukupan bukti diperoleh
-  Memungkinkan auditor untuk sacara eksplisit menspsifikasikan tingkat keandalan (keyakinan) dan tingkat ketepatan yang diinginkan(materialitas).
-         Mudah diterapkan menggunakan peranti lunak
-         Memberkan pernyataan hasil-hasil audit yang lebih  kuat
-         Memeberikan rekomendasi yang lebih objektif bagi manajemen.
Kekurangan
-          Memerlukan pemilihan sampel aak yang mungkin  lebih menghabiskan biaya dan waktu.
-          Bisa menimbulkan masalah dalam populasi jika tidak dikelola dengan baik.
-    Mungkin membutuhkan biaya pelatihan tambahan bagi karyawan untuk menggunakan statistik atau peranti lunak khusus.

2.        Sampling nonstatistik
Kelebihan
-   Memungkinkan auditor menggunakan pertimbangan subjektif dalam menentukan ukuran sampel dan proses pemulihan unit-unit bernilai dan berisiko tinggi.
-    Bisa dirancang untuk seefektif dan seefisien sampling statistik tetapi biayanya lebih rendah.

Kekurangan
-          Tidak bisa diambil rujukan statistik yang valid atas hasil-hasl sampel.
-          Tidak bisa mengukur dan menyataka risiko sampling secara kuantitatif.
-          Memiliki  risiko melakukan audit secara berlebihan atau bahkan kekurangan.
-   Mungkin tidak cocok bagi karyawan yang tidak berpengalaman, karena validitas pendekatan didasarkan pada pengalaman dengan proses samplig.

Sumber: 


Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner. Sawyer's Internal Auditing: Audit Internal Sawyer. Jakarta: Salemba Empat.

Komentar

  1. 1. Sampling Acak Terstratifikasi (Stratified random sampling)
    Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini (Sugiyono,2010).
    Contoh kasus
    Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah(Sugiyono,2010).
    Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak(sugiyono,2010). Prosedurnya :
    1. Siapkan “sampling frame”
    2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
    3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
    4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
    Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang(Sugiyono,2010).
    Populasi biasanya perlu digolongkan menurut ciri (stratifikasi) tertentu untuk keperluan penelitian. Missal, menjadikan buruh suatu pabrik besar sebagai populasi dan populasi ini distratifikasikan menurut usia <20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan >50 tahun(Sugiyono,2010).
    Untuk lebih sederhana, dapat diatur tiap jumlah golongan atau kategori sehingga berjumlah 1000 orang, sedangkan proporsi dipilih sebanyak 100 orang atau 10 persen(Sugiyono,2010).
    Setelah kita melakukan stratifikasi atau penggolongan menurut ciri baru kemudian kita menentukan sampel setiap golongan secara acak (Sugiyono, 2010).
    Sumber: https://statpreneurmuda.wordpress.com/2013/12/11/stratifiedstrata-sampel-acak-dan-teknik-sampling/
    Nama : Ika Wigistia
    Nim : 411140012
    Prodi : Akuntansi/6

    BalasHapus
  2. Penggunaan Metode Statistikal Sampling
    Contoh Kasus :
    Dengan meenerapkan Prosedur Attribute Sampling Penerapan prosedur attribute sampling ini berkaitan dengan penilaian pengujian keefektivitasan pengendalian intern atas piutang Koperasi Karyawan XYZ mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2010. Koperasi Karyawan XYZ memiliki ± 498 faktur dan jumlah sebanyak faktur tersebut tidak ada yang batal. Attribute yang akan diperiksa adalah mengenai ada tidaknya otorisasi dari pihak-pihak yang berwenang dalam hal proses persetujuan dan pemberian kredit, yaitu pemeriksaan faktur penjualan kredit dan pinjaman. Langkah-langkah penerapan prosedur attribute sampling sebagai berikut :
    a. Tentukan Desired Upper Precision Limit dan tingkat keandalan.
    Ini digunakan untuk menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan maksimum yang dapat diterima. Dari hasil evaluasi atas, struktur pengendalian intern piutang ditentukan tingkat keandalan dalam mempercayai efektivitas pengendalian intern yang ada pada Koperasi Karyawan XYZ adalah sebesar 95%. Batas ketepatan tertinggi atau Desired Upper Precision Limit ditentukan sebesar 5%.
    b. Penentuan sampel minimum yang akan diperiksa.
    Berdasarkan tingkat keandalan 95% dan DUPL 5% maka selanjutnya perlu menentukan besarnya sampel minimum yang harus diambil dengan bantuan Tabel Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian. Sampel minimum yang akan diambil diperoleh dengan cara menentukan titik potong baris DUPL yaitu sebesar 5% dengan kolom tingkat keandalan yaitu 95%.
    Tabel
    Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian
    cceptable Upper Precision Limit Sample Size Based on confidance level
    90% 95% 97,5%
    10% 24 30 37
    9% 27 34 42
    8% 30 38 47
    7% 35 43 53
    6% 40 50 60
    5% 48 60 74
    4% 60 75 93
    3% 80 100 124
    2% 120 150 185
    1% 240 300 370
    (Sumber : Mulyadi, 2002)


    Dari hasil di atas diperoleh bahwa sampel minimum adalah sebayak 60 sampel yang menjadi sampel pemeriksaan awal.

    c. Membuat Tabel Stop-or-go Decision
    Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel didapat tingkat kesalahan = 0, maka diperoleh AUPL = DUPL = 5%.
    AUPL=(confidance level factor at desired reliability for occurance observed)/(sample size)

    AUPL=3/(60 ) = 0,05=5%
    Atas hasil tersebut, maka pengambilan sampel dengan menggunakan attribute sampling model stop-or-go decision dapat dihentikan. Berdasarkan langkah di atas, tabel stop-or-go decision dapat berdasarkan pengujian terhadap anggota sampel yang ada.
    d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel
    Dari hasil pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel, maka dapat dikatakan system pengendalian intern atas piutang berjalan dengan efektif. Penilaian efektif ini berasal dari hasil DUPL = AUPL.

    Sumber:http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUK wjZyJu65_3UAhULMI8KHZJoCtkQFggnMAA&url=http%3A%2F%2Ffe-akuntansi.unila.ac.id%2Fdownload%2F29082012-0811031058.pdf&usg=AFQjCNFMGsujlv_Q7_wlxDkPurgXKKIcpQ

    Nama : Dian Sari
    Nim : 411140005
    Jurusan : akuntansi /6

    BalasHapus
  3. 3. Metode Monetary Unit Sampling
    Teknik ini adalah alternatif disebut moneter unit sampling, dollar-unit sampling, atau probabilitas sebanding dengan ukuran (PPS) sampling.
    (a) Selecting the Monetary Unit Sample: An Example
    Asumsikan bahwa audit internal ingin meninjau serangkaian rekening saldo piutang untuk menentukan apakah mereka disajikan secara wajar atau direkam. Juga asumsikan ada 1.364 item atau saldo akun pelanggan dalam contoh ini,dengan keseimbangan jumlah tercatat dari $ 54,902.25. Saldo berkisar dari beberapa yang besar kepada orang lain yang sangat kecil, dengan yang pertama 30 dari mereka tercantum dalam Exhibit 9.9. Asumsikan bahwa audit internal awalnya telah memutuskan pada ukuran sampel dari 60 atau melihat hanya 60 dolar masing - masing, seperti yang dibahas dalam pengantar kami untuk pendekatan ini, dan item dolar ini mewakili. dengan sampel ini, auditor internal dapat melihat $ 54.902.25/60 = $ 915,034, atau 915 setiap dolar dalam saldo rekening. Setiap kali item yang termasuk dalam salah satu unit moneter yang dipilih, auditor akan memeriksa seluruh barang.

    Exhibit 9.9 memiliki kolom untuk nomor rekening (di sini nomor 1 sampai 30), saldo untuk masing - masing account tersebut, dan total kumulatif. Kolom tambahan dalam pameran ini menunjukkan proses pembuatan pilihan satuan mata uang:
    • Meskipun auditor akan memilih setiap dolar 915, titik awal yang diperlukan di suatu tempat antara $ 1 dan $ 915. Untuk memilih ini, nomor acak yang dimulai antara 1 dan 915 dipilih; dalam kasus ini, jumlah itu 37.
    • mulai nomor acak, 37, kemudian ditambahkan ke faktur pertama$ 123,58 atau
    dibulatkan menjadi 124 untuk menghasilkan 161. (Semua nilai telah dibulatkan untuk menghindari uang). Sejak 161 adalah kurang dari 915, item berikutnya, 754, ditambahkan dengan nilai akumulasi untuk menghasilkan 1.039. Berikut auditor akan menghadapi dolar 915, dan item ini akan dipilih untuk diperiksa.
    • Sejumlah awal baru sekarang diperlukan, dan 915 dikurangi dari 1039 untuk menghitung nomor awal untuk item berikutnya dari124. Ini ditambahkan ke item ketiga 589 untuk menghasilkan 713, tidak cukup untuk seleksi.
    • Item keempat dalam sampel ini besar, 2056. Interval dari 915muncul dua kali dalam aliran ini dolar (915 × 2 = 1830), dan item tersebut dipilih untuk mewakili dua item sampel.
    • Prosedur pemilihan sampel ditunjukkan pada Exhibit 9.9. Auditor dapat berjalan melalui perhitungan ini menggunakan kalkulator.
    b) Melakukan Uji Sampling Satuan Moneter
    Jumlah dolar untuk diperiksa dalam suatu populasi menentukan ukuran sampel auditor. Mirip dengan atribut sampling, tes unit moneter sampling yang mensyaratkan bahwa empat hal diketahui mengenai akun untuk menjadi sampel:
    1. Persentase maksimum nilai populasi mencatat bahwa auditor akan mentolerir kesalahan. Ini adalah batas presisi atas sama dibahas sebelumnya untuk atribut sampling.
    2. Tingkat kepercayaan yang diharapkan.
    3. Tingkat kesalahan yang diharapkan untuk kesalahan sampling.
    4. Total nilai tercatat akun yang akan dievaluasi.
    Seorang auditor internal tidak dapat benar-benar mengatakan bahwa dia adalah 100% yakin kecuali ukuran sampel adalah 100 % . Terlalu rendah tingkat kepercayaan, seperti 80 % , akan menimbulkan kekhawatiran manajemen .Sering 98 % atau 95 % merupakan asumsi yang baik. Faktor-faktor ini memberikan data untuk menentukan ukuran sampel yang direkomendasikan, yang lagi-lagi dapat diperoleh dari tabel atau dari perangkat lunak statistik sampling. Nilai-nilai dalam Exhibit 9.8 , didasarkan pada tingkat kepercayaan 95 %, dapat digunakan di sini. Seperti telah dibahas sebelumnya, ini juga merupakan daerah di mana beberapa kantor akuntan publik telah menggunakan ukuran sampel tetap 60 atau kadang-kadang 30, dengan alasan bahwa matematika tidak memerlukan ukuran sampel yang lebih besar ..

    Sumber : https://idiotsbrainn.blogspot.co.id/2017/04/audit-internal-pengujian-menilai-dan.html

    Nama : Teti Suliyanti
    NIM : 411140025
    Jurusan : Akuntansi/6

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. CONTOH KASUS SAMPLING AUDIT
    PT ABC memiliki total aset $1.5 juta dan total revenue sebesar $3 juta.

    Berdasarkan tabel planning materiality analysis didapat hasil sebagai berikut:
    1. Planning materiality sebesar $33,500
    2. Tolerable misstatement sebesar $25,000 (75% x $33,500).

    Angka 75% diambil dengan asumsi haircut 25% yakni besarnya risiko salah saji tidak bisa ditolerir oleh auditor pada saat merencanakan audit. Semakin besar risiko salah saji, auditor berdasarkan penilaiannya dapat menentukan haircut yang lebih besar sehingga angka tolerable misstament menjadi semakin kecil.

    Kemudian, anggaplah perusahaan memiliki saldo piutang yang terdiri dari kelompok berikut:

    Frekuensi Rentang saldo piutang Saldo Persentase
    4 $ 75,000 s/d $ 150,000 $ 410.000 68,3%
    3 $ 13,000 s/d $ 74,999 $ 91.000 15,2%
    436 < $ 13,000 $ 99.000 16,5%
    443 Total populasi $ 600.000 100,0%

    Bagaimanakah cara auditor menetapkan sampel berdasarkan data diatas?
    JAWAB :
    Dengan karakteristik populasi di atas, maka terdapat setidaknya 3 alternatif cara penentuan sampel.

    Alternatif kesatu: Berdasarkan angka Individually Significant Dollar (ISD)

    Dengan memakai angka Individually Significant Dollar (ISD) sebesar 1/3 dari tolerable misstatement (kadang istilah ISD disebut juga dengan istilah Audit Difference Posting Threshold /"ADPT"; atau Significant Unadjusted Difference/"SUD" - semuanya mengacu pada maksud yang sama), auditor akan memilih item-item yang nilainya 1/3 dari tolerable misstatement, yakni kira-kira $8,300. Jadi pada kasus di atas yang diambil antara lain:

    1. Semua item yang ada pada baris ke-1 dan baris ke-2, ditambah
    2. Beberapa item dari kategori < $ 13,000 (baris ke-3) yang nilainya di atas $ 8,300


    Alternatif kedua: Menggunakan judgement

    Auditor mungkin hanya memilih baris ke-1 dan ke-2 saja yang mencakup semua item yang lebih besar atau sama dengan $13,000.

    Pendekatan yang kedua juga memenuhi syarat karena batas $13,000 juga masih di bawah angka tolerable misstatement. Pendekatan ini juga cukup efisien karena auditor hanya perlu mengetes tujuh item namun bisa mendapatkan nilai coverage sebesar lebih dari 83% saldo akun.


    Alternatif ketiga: Menggunakan monetary unit sampling

    1. Tentukan jumlah sampel, misalkan 20 buah.
    2. Bagilah $ 600,000 dengan jumlah sampel ($ 600,000 : 20 menjadi $ 30,000).
    2.Membuat tabel monetary unit sampling dengan mengurutkan data 443 pelanggan di atas, misalkan berdasarkan alfabet, nomor/ID pelanggan, atau berdasarkan karakterisik tertentu selain saldo.
    Tabel Monetary Unit Sampling
    Nama pelanggan Saldo Pelanggan Saldo Kumulatif Sampling Item
    ABC Electric $ 4,350 $ 4,350
    Friend Cat Care $ 17,850 $ 22,200 (1) $ 20,000
    Brandy’s Grill $ 5,100 $ 27,300
    Buddy’s Station $ 50,000 $ 77,300 (2) $ 50,000

    3. Memilih angka random di antara nilai saldo terkecil dengan $ 30,000. Misalkan diperoleh angka $ 20,000.

    4. Memilih sampel
    a. Nilai $ 20,000 posisinya kurang lebih berada atau terkandung dalam lapisan atau baris saldo kumulatif $ 22,200 sehingga dia dipilih menjadi sampel pertama.
    b. Selanjutnya, ambillah sampel yang berada pada posisi $ 20,000 + n * ($ 30,000) dimana n adalah bilangan bulat 1,2,3... 20.. Sampel kedua berarti ada di lapisan saldo kumulatif $ 77,300 dan demikian seterusnya.

    Pemilihan sampel dengan menggunakan metode MUS ini memang terkesan lebih sulit namun akan sangat cepat bila dilakukan dengan bantuan piranti lunak komputer. Kelebihan MUS adalah kesalahan yang ditemui bisa diproyeksikan. Misalkan kesalahan atau selisih yang ditemukan sebesar $ 40,000 dari total nilai yang disampel $ 400,000, auditor bisa menarik kesimpulan bahwa 10% dari saldo yang $ 600,000 adalah salah saji. Kelemahannya adalah kurang efisien dibandingkan metode judgement kalau populasi memiliki pola Pareto seperti pada contoh kasus di atas, dimana kelihatannya 7 sampel terbesar sudah mewakili 83,5% nilai populasi.

    NAMA :REHTA NUR SYAHRIFA
    NIM :411140022
    MATKUL:PEMERIKSAAN INTERNAL

    BalasHapus
  6. Sumber :http://sichi123.blogspot.co.id/2011/05/cara-auditor-memilih-sampel-untuk-akun.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah dan Perkembangan Audit Internal

Penelahaan dan Tanggapan Laporan Audit